Jumat, 26 Juni 2015

Masa Studi Mahasiswa

Masa studi seseorang ditentukan oleh berapa banyak sks yang diambil pada setiap semesternya, biasanya dalam satu semester sks minimal adalah 21 dan maksimal 24 bagi mahasiswa yang mempunyai IP >3,00. Maksimal masa studi yang bisa di jalani oleh mahasiswa adalah 5 tahun (apabila mengikuti peraturan pemerintah yang baru,sebelumnya 7 tahun), namun apabila mahasiswa dalam setiap semester minimal bisa mengambil 22 sks maka dalam 3,5 thn dia sudah bisa untuk memperoleh gelar sarjana-semua mata kuliah yang dia ambil lulus-karena sudah mengantongi lebih dari 144 sks yaitu 154 sks.

Apabila mahasiswa dalam satu semester ada mata kuliah yang tidak lulus karena nilainya tidak memadai maka mahasiswa itu diwajibkan untuk mengulangi mata kuliah tersebut di semester berikutnya atau melalui semester pendek yang biasanya diselenggarakan pada liburan semester genap. Semester pendek juga bisa digunakan mahasiswa untuk memperbaiki nilai mata kuliah yang kurang memuaskan, namun keputusan sepenuhnya ada di tangan dosen pengampu karena walaupun mahasiswa sudah mengikuti semester pendek pada beberapa kasus nilainya malah diturunkan bukan tambah bagus.

Bobot sks juga dapat digunakan untuk menghitung beberapa pertemuan yang akan diselenggarakan dalam satu semester pada satu jenis mata kuliah. Biasanya apabila bobot sks mata kuliah berjumlah 2 atau 3 sks maka dalam satu semester ada total 16 pertemuan yang harus diikuti, apabila berbobot 4 atau 6 sks maka dalam satu semester ada 32 pertemuan. Dengan mengetahui berapa pertemuan yang akan ada di suatu mata kuliah maka kita akan mengetahui berapa pertemuan yang membolehkan mahasiswa untuk izin tidak mengikuti kuliah, biasanya untuk bisa mengikuti ujian mahasiswa harus mengikuti minimal 75% dari total pertemuan pada satu semester. Jadi apabila dalam satu ada 32 pertemuan maka maksimal kita dibolehkan untuk tidak mengikuti kuliah adalah 8 pertemuan, apabila ada 8 pertemuan maka maksimal tidak hadirnya adalah 4 pertemuan.


Sistem Kredit Semester SKS

    Sistem kredit semester adalah administrasi akademik pendidikan tinggi diselenggarakan dengan menerapkan sistem kredit semester. Satu semester terdiri dari atas enam 16-17 minggu kegiatan kuliah dan 2-3 minggu kegiatan evaluasi hasil belajar. Dalam sks, program dalam setiap semester berdiri sendiri. Semua mata kuliah yang diikuti seorang mahasiswa pada satu semester diselesaikan pada semester itu. Pada akhir semester, dia memperoleh nilai tiap-tiap mata kuliah.

       Nilai yang diperolehnya itu menentukan ‘beban maksimal’ yang dapat diambilnya pada semester berikutnya. Semakin tinggi nilai yang diperolehnya pada semester itu, semakin banyak mata kuliah yang dapat diambilnya pada semester berikutnya; seorang mahasiswa dimungkinkan kredit yang lebih rendah dari ‘beban maksimal’ itu.

      Satuan yang dipakai sebagai unit pengukur beban studi mahasiswa ialah ‘satuan kredit semester’ (sks). Untuk memperoleh gelar sarjana seseorang harus mengantongi atau menabung sebanyak 144-160 sks. Suatu mata kuliah mempunyai bobot beberapa sks, yang besarnya bergantung pada banyaknya waktu yang yang diperlukan dalam pengajaran mata kuliah tersebut. Kebanyakan mata kuliah mempunyai bobot 2, 4, sampai 6 sks. Jadi mahasiswa akan memperoleh kredit untuk mendapatkan gelar sarjana setelah dia lulus dari puluhan mata kuliah.


      Sebagai contoh, Andi pada semester 1 mengambil 21 sks, setelah mengikuti ujian di akhir semester dengan perhitungan tertentu akan dapat mengetahui berapa IP-nya, misalkan pada semester 1 dia mendapat IP 2,5 semester maka dengan perhitungan tertentu kita akan mengetahui berapa banyak mata kuliah yang dapat diambil pada semester berikutnya yang 18 sks. Namun apabila ia mendapat IP 3,4 dia akan mendapat jatah 24 sks pada semester berikutnya. Mungkin sampai disini dulu postingan saya kapan-kapan kita lanjutkan pembahasan kita tentang sks ini.

Belajar secara Efektif bagi Mahasiswa

Dewasa ini sangat beragam kesiapan mahasiswa belajar dan hidup di perguruan tinggi. Keberagaman tersebut merupakan suatu rintanga dalam menciptkan proses belajar mengajar yang efektif. Mereka yang kurang siap banyak menyita perhatian dosen. Yang betul-betul siap juga akan terganggu dengan kehadiran beberapa yang bermasalah dalam populasi mahasiswa dalam satu kelas atau kelompok.

Kesiapan belajar di perguruan tinggi mencakup kesiapan mental dan keterampilan belajar. Secara lebih spesifik al itu termasuk tujuan pendidikan tinggi dan kemampuan mengatasi masalah serta keterampilan memanfaatkan kuliah, membaca, menulis, mengelola, dan memanfaatkan waktu serta mengikuti ujian.

Cara belajar memang bervariasi antar mahasiswa. Meskipun demikian setiap orang dapat memperoleh manfaat dengan mengetahui perihal belajar di perguruan tinggi dan berbagai keterampilan belajar yang efektif pada masa awal studinya. Hal itu perlu menjadi pegangan meskipun pada praktiknya mungkin akan terjadi improvisasi.

Mempelajari cara belajar efektif tidaklah sukar meskipun diperlukan kemauan keras untuk menguasainya. Bagaimanapun, mengubah kebiasaan tidaklah mudah dan cepat. Diperlukan upaya untuk memulai dan mengembangkan kebiasaan baru. Mahasiswa perlu mengetahui teori atau prinsip belajar di perguruan tinggi, teori dan prinsip itu akan di bahas pada artikel yang lain. Jika belum terbiasa mempraktikan teknik dan prinsip-prinsip tersebut terasa sangat sukar karena menyangkut mengubah kebiasaan belajar selama ini.


Perbedaan Belajar di Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah - lanjutan

ini adalah postingan lanjutan dari postingan saya sebelumnya tentang Perbedaan Belajar di Perguruan Tinggi dan Sekolah Menengah. apabila teman-teman ada yang belum membacanya, silahkan klik disini.

Perubahan staus dari siswa menjadi maha-siswa menuntut perubahan sikap mental (attitude) dan perilaku seseorang. Satu hal yang mutlak ditingkatkan adalah Kemandirian. Orang yang mandiri tidak menggantungkan harapan kepada pihak lain, entah itu dosen entah teman kuliah. Dia meyakini bahwa nasibnya lebih banyak dia tentukan sendiri meskipun tidak tertutupkemungkinan meminta bantuan kepada orang lain.
Pada dasarnya, proses belajar adalah proses perseorangan (individual). Seseorang dpat belajar jika dia secara aktif selama waktu tertentu berupaya mengetahui sesuatu. Berbagai pernyataan menekankan hal tersebut, seperti ‘tidak ada yang dpat mengajarkan anda, tetapi anda dpat belajar’, atau ‘hanya anda sendiri yang dapat mendidik anda’. Artinya, harus ada kemauan untuk menangkap isi kuliah atau membaca buku, mempelajari dan memahaminya. 

Seseorang tidak akan memahami esensi pengetahuan tanpa komitmen dan ketekunan mempelajari materi yang diajarkan atau ditemukan disekitarnya. Menjadi sia-sia semua penjelasan dosen atau uraian yang dipelajari pada suatu buku jika mahasiswa tidak menggunakan cukup waktu secara pribadi mempelajari materi tersebut. Harus ada proses internalisasi.

Belajar mandiri tidak berarti peranan dosen dan tenaga kependidikan lainnya tidak penting. Dosen dan lembaga perguruan tinggi telah mengembangkan sistem pengajaran. Dalam pelaksanaannya, dosenlah yang mengarahkan mahasiswa dan merupakakn salah satu sumber utama perguruan tinggi. Namun, kesempatan sangat terbatas untuk interaksi langsung denga dosen. Karena itu, seyogianya seorang mahasiswa dituntut untuk mampu belajar diluar jadwal kegiatan akademik yang telah ditetapkan, salah satunya dengan mengikuti kegiatan organisasi. Jika hanya mengandalakan pelajaran yang diterima dari dosen, pengetahuan yang diperoleh akan jauh dari memadai. Bahkan banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa proses belajar mahasiswa kebanyakan terjadi diluar ruangan kelas.

Kemandirian juga diharapkan dalam kaitannnya dengan teman sesama mahasiswa. Sewaktu di sekolah memnengah, seorang siswa mungkin sering mengikuti saja temannya dalam menjalankan kegiatan dan menyelesaikan tugas-tugas. Di perguruan tinggi, kebiasaan seperti itu perlu diubah untuk karena tidak ada lagi keseragaman antar peserta didik. Setiap mahasiswa akan menghadapi masalah yang unik, yang tidak sama dengan yang dihadapi rekannya sesama mahasiswa. Perbedaan itu mungkin terletak pada jenis dan jumlah mata kuliah, yang diambil pada setiap semester, dosen pembimbing akademik, kemampuan perseorangan, masalah yang akan dihadapi, arah studi, dan lain-lain. 

Memang belajar secara mandiri tidak berarti tidak dapat bekerja sama dengan teman sekuliah. Kerja sama sering diperlukan, namun kerja sama di antara orang yang saling bersandar tentu berbeda dengan di antara orang yang mandiri.


Tujuan pendidikan tinggi secara utuh tentulah lebih dari sekedar penguasaan sejumlah inforamasi dan keterampilan berkaitan dengan bidang studi yang digeluti. Tidak semua tujuan itu bisa diajarkan di ruang kuliah atau laboratorium. Satu sisi kehidupan akademik ialah penalaran. Proses belajar yang baik juga akan menngkatkan kemampuan bernalar. Lulusan perguruan tinggi diharapkan independen dan berdaulat secara intelektual, yakni mampu berpikir dan mencapai simpulan secara mandiri, tanpa ada plagiarisme atau fotocopy.

Perbedaan Belajar di Perguruan Tinggi dan di Sekolah Menengah

        Belajar di kursi perguruan tinggi banyak berbeda dengan belajar di bangku sekolah menengah. Dilihat dari seluruh sistem, banyak perbedaan antara perguruan tinggi dan sekolah serta lingkungan kampus tidak lagi seperti lingkungan sekolah. Dalam kegiatan akademik, perlakuan terhadap mahasiswa berbeda dengan yang diterima siswa. Cara dosen memberikan kuliah pada mahasiswa umumnya tidak sama dengan cara guru menjelaskan pelajaran bagi siswa.

        Perbedaan yang mencolok tersebut membawa kesulitan  bagi sebagian mahasiswa dalam masa peralihan dari kebiasaan sekolah menengah menuju kepada tuntunan di perguruan tinggi. Semestinya sudah diantisipasi bahwa mahasiswa akan menemui berbagai masalah khususnya pada awal masa studinya. Sebagian masalah itu merupakan bagian yang baru sama sekali karena memang mereka memasuki dunia yang belum pernah dialami secara langsung. Berbagai hal yang dialami berbeda berbeda dari pengalaman di bangku sekolah menengah. Disinilah perlunya persiapan awal di masa studi.

        Persiapan itu dimulai pada hari-hari pertama di kampus, sewaktu mereka diwajibkan untuk menikuti program orientasi studi. Melalui program itu, mahasiswa baru akan mengenal lebih dekat perguruan tinggi dan fakultas khususnya jurusan yang mengelola program stufi yang diikutinya. Materi yang dicakup biasanya termasuk sistem pendidikan tinggi, sistem administrasi di perguruan tinggi, kegiatan ekstrakulikulum disamping pengenalan akna dunia kampus. Materi itu sangat banyak dan beragam, sedangkan waktunya singkat.


          Dengan demikian setiap mahasiswa perlu aktif mengikuti program itu. Lebih dari itu, secara perseorangan setiap mahasiswa baru perlu membekali dirinya dengan keterampilan belajar yang akan di postingan lainnya. Dikatakan secara perseorangan mengingat terbatasnya waktu yang tersedia dalam program orientasi untuk membahasnya secara lengkap.
untuk lanjutannya klik disini ya...!

Kiat Belajar di Perguruan Tinggi

Kalau ada sebuah pertanyaan “bagaimanakah belajar di perguruan tinggi itu?” jika pertanyaan ini diajukan kepada mereka yang sedang atau sudah menjalaninya, maka jawaban ynag diperoleh dapat beragam. Sebagian akan menggambarkan, studi di perguruan tinggi itu menggembirakan dan menyenangkan, namun yang lain mungkin akan mengatakan sebaliknya. Para mahasiswa baru sendiri, pada hari-hari pertama mereka mengenyam dunia kampus, biasanya bergembira dan merasa lega karena sudah berhasil mendapatkan kursi di perguruuan tinggi. 

Selain itu, berbagai pengalaman baru dengan atmosfer baru membuat mereka senang dan betah di kampus. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, dengan semakin banyak kegiatan yang harus diikuti, akan terasa bahwa studi yang mereka jalani memang mempunyai sisi yang menyulitkan, di samping hal-hal yang menyenagkan. Pada saat waktu-waktu menyulitkan itulah diperlukan fondasi yang kuat yaitu tujuan awal kita pada saat memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. 

Berbagai kegiatan rutin, seperti kuliah, praktikum, ujian, organisasi, dan lain-lain, kadang kala terasa sukar. Lagi pula, selama belajar di perguruan tinggi, menemui masalah merupakan hal yang lazim. Banyak orang menyimpulkan, studi di perguruan tinggi meliputi sisi yang menyulitkan di samping sisi yang menyenangkan.


Untuk mencapai tujuan di perguruan tinggi, para mahasiswa tidak hanya menikmati hal-hal yang disukainya, tetapi juga berjuang menghadapi berbagai kesulitan. Di samping itu, tuntunan terhadap mahasiswa tidak sama dengan harapan terhadap siswa. 

Agar berhasil dalam studi, seorang mahasiwa harus mampu membuat beberapa penyesuaian sesuai dengan tuntutan tersebut. Jika sebelumnya dia terbiasa menghabiskan banyak waktu dengan teman-temanya, sekarang dia dituntut untuk menghabiskan waktu dengan sebaik-baiknya, yang artinya dia harus mandiri dan disiplin. Bagi banyak orang, banyak perubahan yang dilakukan begitu dia berstatus sebagai mahasiswa.

Perkenalan Dunia Kampus - Mahasiswapedia

Dunia kampus itu unik. Kehidupan di kampus tentu merupakan pengalaman barubagi mahasiswa pada saat mereka diterima di perguruan tinggi. Pada waktu itu, mereka menghadapi proses belajar-mengajar yang tidak seperti di bangku SLTa lagi. Lingkungan akademik dikampus pun tidak sama dengan lingkungan pendidikan di sekolah.

Untuk memulai dunia baru itu, mahasiswa tentu memerlukan persiapan. Persiapan yang baik sangat menunjang keberhasilan dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru serta dalam mencapai tujuan belajar di perguran tinggi. Itu sangat penting. Orang mengatakan, awal yang baik merupakan setengah dari seluruh pekerjaan yang dihadapi. Jika mempersiapkan diri dengan baik dan memulai masa studi di kampus dengan berhasil, mereka akan berhasil dalam seluruh studinya.

Persiapan yang dimaksud di sini bertujuan agar mereka mepunyai sikap mental dan perilaku yang positif termasuk motivasi yang tinggi, keterampilan belajar dengan efektif dan efisien, serta kemampuan yang memadai untuk mengatasi gangguan belajar. Itulah kunci keberhasilan dalam studi di perguruan tinggi. Walaupun tenaga kependidikan bermutu dan sarana serta prasarana belajar lengkap, seseorang tidak mungkin berhasil dalam studinya jika tidak siap untuk belajar di kampus.

Blog Mahasiswapedia di buat sebagai petunjuk untuk meningkatkan kesiapan belajar tersebut, semoga para pembaca bisa mengambil manfaat dari tulisa-tulisan yang di post. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan, kami mengharap kritik dan saran anda yang akan sangat berguna bagi perkembangan blog ini.